
Openfabrication – Cacing Tembiluk. Indonesia memang tak pernah kehabisan kejutan dalam urusan kuliner. Mulai dari jajanan kaki lima yang merakyat hingga hidangan ekstrem yang bikin bergidik, semua ada. Salah satu yang sedang mencuri perhatian para petualang rasa adalah cacing tembiluk sejenis cacing laut berlendir yang hidup di lumpur pesisir dan justru menjadi menu spesial di beberapa daerah di Indonesia, khususnya di wilayah pesisir Kalimantan dan Sumatera.
Apa Itu Cacing Tembiluk?
Cacing tembiluk adalah hewan berlendir yang hidup di antara lumpur bakau dan pasir lembab. Sekilas, bentuknya memang kurang menggugah seleraโpanjang, lembek, dan licin. Tapi jangan salah, di balik penampilannya yang “menantang”, cacing ini justru menyimpan rasa gurih dan tekstur unik yang membuatnya digemari masyarakat lokal.
Di daerah pesisir seperti Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Jambi) dan Kalimantan Barat, cacing ini ditangkap secara tradisional menggunakan tangan atau peralatan khusus saat air laut surut. Karena keberadaannya yang musiman, cacing tembiluk dianggap sebagai makanan langka dan bernilai tinggi di kalangan masyarakat.
Dari Lumpur ke Piring: Proses Pengolahan
Bagi yang belum terbiasa, membayangkan mengonsumsi cacing berlendir mungkin sudah cukup membuat mual. Tapi masyarakat lokal punya cara khusus untuk mengolah cacing ini agar berubah menjadi sajian lezat dan higienis.
Setelah ditangkap, tembiluk biasanya dibersihkan berkali-kali untuk menghilangkan lumpur dan lendir. Kemudian, cacing dimasak dengan berbagai cara, seperti:
- Digoreng kering: Menghasilkan tekstur renyah seperti keripik.
- Dibakar: Memberikan aroma asap yang menggugah selera.
- Ditumis dengan cabai dan bawang: Menyulap cacing menjadi lauk pedas yang menggoda.
- Dicampur dalam pepes: Dengan bumbu khas rempah, cacing dibungkus daun pisang dan dikukus hingga empuk.
Yang paling populer adalah tumis cacing tembiluk dengan cabai rawit dan daun jeruk. Rasanya gurih, sedikit kenyal, dan tak berbau amis jika dimasak dengan benar.
Kandungan Gizi: Jangan Remehkan!
Meski tampak ekstrem, cacing tembiluk ternyata mengandung protein tinggi, serta berbagai zat penting seperti omega-3, zat besi, dan kalsium. Tak heran jika masyarakat pesisir menjadikannya sebagai sumber nutrisi alternatif, terutama saat musim panen ikan sedang sepi.
Bahkan, beberapa penelitian lokal menunjukkan bahwa cacing laut jenis ini memiliki kandungan antioksidan yang baik untuk tubuh. Tentu saja, selama diolah secara higienis dan dimasak sempurna, cacing ini aman dikonsumsi.
Wisata Kuliner Ekstrem: Tantangan Bagi Traveler
Dalam beberapa tahun terakhir, kuliner cacing tembiluk mulai dilirik para traveler dan food vlogger yang haus tantangan. Banyak yang datang ke desa-desa pesisir hanya untuk mencicipi langsung makanan ini dari tangan para ibu-ibu setempat.
Ada sensasi tersendiri saat menyantap makanan yang bagi sebagian orang dianggap menjijikkan, namun justru menjadi kebanggaan kuliner lokal. Apalagi jika disantap sambil menikmati suasana pantai dan semilir angin laut.
Bahkan, festival kuliner lokal kadang menampilkan menu cacing tembiluk sebagai highlight, lengkap dengan demo memasak dan cerita asal-usulnya dari para tetua adat.
Antara Budaya dan Keberanian
Mengonsumsi cacing tembiluk bukan sekadar soal rasa, tapi juga soal melestarikan budaya dan keberanian menjelajah kuliner nusantara. Di tengah derasnya arus modernisasi, makanan seperti ini menjadi pengingat bahwa kearifan lokal dan alam sekitar punya potensi luar biasa untuk dikembangkan.
Kuliner ekstrem ini bukan hanya tantangan bagi lidah, tapi juga pelajaran tentang keberagaman cara hidup masyarakat Indonesia. Cacing tembiluk membuktikan bahwa kadang, hal yang tampak “tidak layak” bisa berubah jadi simbol kekayaan kuliner daerah.